Tuesday, April 26, 2016

Batu Lavender, Batu Cincin Safir, Batu Cincin Zamrud

Batu Lavender
Batu Akik Termahal Dan Terpopuler

Dalam sebuah kontes nasional yang pernah diadakan beberapa waktu lalu, Jenis batu lavender spritus baturaja masuk dalam kategori batu terbaik dan berhasil memenangkan kontes, sehingga batu ini menjadi buruan banyak kolektor. (Baca Juga: Cukang Taneuh "Green Canyon" nya Indonesia Ada Di Pangandaran).
Harga batu lavender yang berhasil memenagkan kontes ditawar Rp 175 juta namun sang pemilik belum melepasnya. Sejak saat itu batu yang banyak ditemukan di wilayah Simpang dan Segara Kembang Kecamatan Lengkiti Oku Sumatera selatan itu menjadi incaran banyak kolektor dan masuk dalam jajaran batu terpopuler baik di Indonesia maupun di pasaran internasional.

Batu Cincin Safir
Batu Akik Termahal Dan Terpopuler

Batu Safir merupakan batu permata yang diminati banyak kalangan baik di Indonesia maupun di berbagai negara. Namun harganya yang mahal tidak semua orang mampu memiliki jenis batu alam yang indah ini. Safir termasuk mineral yang dikenal sebagai korundum dan secara umum digunakan sebagai permata cincin yang indah atau untuk perhiasan jenis lainnya. (Baca Juga: Kumpulan Gambar 3 Dimensi Keren Dan Menakjubkan).
Batu permata ini memiliki banyak variasi warna seperti warna biru, jingga, kuning, merah muda, kehijauan dan ungu. Khasiat batu safir dipercaya untuk menenangkan pikiran dan memancarkan aura positif untuk mengembangkan daya pikir bagi pemakainya.

Batu Cincin Zamrud
Batu Akik Termahal Dan Terpopuler

Jenis permata ini memiliki warna hijau bening sampai hijau tua dan sudah dikenal banyak orang sejak ribuan tahun sebagai permata indah dengan harga mahal. Batu zamrud memiliki kekerasan 7.5 pada skala mohs dan permata ini dianggap sebagai lambang kemakmuran dan kedamaian.

Tuesday, February 16, 2016

Dibalik Booming Akik yang Mereda di Sejumlah Kota Kini Andalkan Penjualan Online

Dibalik Booming Akik yang Mereda di Sejumlah Kota
Kini Andalkan Penjualan Online


Sulawesi Selatan (Sulsel) adalah provinsi yang menjadi rujukan penghobi akik di Indonesia Timur. Di sana, ada batu sisik naga, manakara, dan fire opal yang begitu mendominasi pasar akik nasional. Berikut kondisi Sulsel saat tren akik mulai mereda.
Tidak bias dimungkiri bahwa booming akik di Sulsel ikut meredup mengikuti kondisi nasional. Penjual di sejumlah pusat batu akik di Makassar mulai berkurang. Bahkan, sebagian menekuni profesi baru di luar dunia akik.
Hal itu tergambar dari aktivitas pusat akik di lantai 2 kompleks Pasar Segar Panakkukang, Kota Makassar, yang mulai sepi. Hampir  separo stan penjual akik tutup. Mereka tidak lagi beroperasi. Para penjualnya hanya duduk-duduk lesu di stan masing-masing. Hanya ada satu dua pengunjung yang terlihat berinteraksi dengan penjual.
Kondisi itu terasa kontras jika dibandingkan dengan tiga bulan lalu. Yang pernah berkunjung ke “Kota Permata Pasar Segar” beberapa bulan lalu pasti setuju jika penulis mengatakan tempat itu selalu disesaki pengunjung. Orang-orang dari dalam dan luar kota silih berganti datang dan membawa pulang batu-batu permata yang disukainya. Sisik naga, fire opal, manakara, kecubung, hingga batu tokoh banyak diburu.
Pameran pun kerap diadakan. Pameran besar yang diselenggarakan komunitas Makassar Gemstone Lovers (Magello) pada Juni Agustus dan September sukses besar. Omzet Rp 1 miliar per hari diraih. Namun, kondisi berubah sejak awal Oktober lalu. Transaksi akik tiba-tiba sepi. Pengunjung tidak lagi datang berdesak-desakan. Ujung-ujungnya, satu per satu penjual akik angkat kaki dari stan mereka.
Setelah berkeliling mengamati stan-stan yang tutup, penulis menuju ke Nagakarra Gemstone, salah satu stan penjualan akik yang bertahan di tengah lesunya pasar akik. Pipink Dejago, pemilik stan tersebut, mengakui kini penjualan tidak seramai saat booming. “Iya, sejak bulan lalu, satu per satu penjual pergi. Penjualan lesu, turun kira-kira 20 persen. Karena berembus isu harga batu turun. Jadi, penjual tidak semangat lagi, “kata Pipink.
Meski banyak pedagang yang menutup stannya, Pipink berusaha tetap bertahan. Dia terus mengasah bisnis akik agar tetap berkilau. Berbagai strategi ditempuh. Mulai melakukan penjualan secara online, pendekatan personal dengan membangun, hingga mengikuti pameran ke luar kota.
“Kalau boleh jujur, sudah sangat berbeda. Dulu penjualan bisa sampai ratusan juta rupiah per bulan. Itu dari penjualan offline di stan saja. Sekarang 80 persen penjualan lewat online, selebihnya offline. Pembelinya pun didominasi masyarakat dari luar kota seperti Surabaya dan Jogja,” jelasnya. (nurhikmah/ars/JPG/c6/agm).

Wednesday, January 13, 2016

Pemilik Lahan Jasper Tertipu


 Pemilik Jasper Tertipu 

Setiap hari, sepuluh orang dari berbagai daerah datang untuk mengambil bongkahan. Mereka menangambil dari sungai Cimedang maupun lahan yang 4 hektare milik Suhro. Dia sudah berkali-kali menegur para penambang liar tersebut. Namun, mereka mengabaikan dan melanjutkan penambangan. “ Sering saya tegur, tapi mereka (seolah) tidak mendengar. Malah ada satu orang yang ketika ditegur tidak boleh mengambil batu dia malah mengacungkan golok yang dibawanya. Tapi, saya tidak mau kalah. Saya ambil golok di rumah dan mengacungkan ke arahnya. Akhirnya dia lari, “paparnya.

Aparat desa maupun Polsek Pancatengah tidak melarang aktivitas warga yang mengambil bongkahan kecil. “ Setelah ramai yang itu, sekarang sudah tidak ada lagi yang ngambil batu ke sini, “ ucap Suhro.

Suhro pun tidak  berniat untuk menjual lahan yang dipenuhi bebatuan jasper tersebut. Sebab, dia tidak tahu proses pengolahanny. Suatu ketika Suhro pernah mencoba menjual batu jasper. Saat itu ada seseorang yang datang dan memesan bongkahan batu jasper seberat 1 ton. Atas permintaan itu, Suhro langsung mencari batu ukuranf sedang dengan tekstur halus. “ Saat itu memang terkumpul batu seberat 1 ton ,” katanya.

Namun, setelah batu terkumpul, orang yang berniat membeli datang dan mengangkut batu tersebut dengan menggunakan mobil pikap. “Pada waktu itu dia tidak langsung memberikan uang karena akan dikirim dulu ke Purwakarta dan Sukabumi. Tapi, setelah beberapa waktu, orang tersebut tak kunjung kembali dan tak memberikan uang hasil penjualan batu tersebut, “ keluhnya.

Selain aksi penjarahan, pada 2012 ada pendatang dari Ciamis yang mengambil batu jasper di Cimedang dengan menggunakan backhoe. Saat itu awalnya berniat pergi ke sungai. Namun, dia melihat alat berat beserta operatornya yang sedang menggeser dan mengambil jasper dari tengah sungai. Lalu, jasper diletakkan di pinggir yang masuk wilayah Ciamis.

Melihat kejadian tersebut, Suhro langsung menegur pekerja tersebut. Namun, mereka tidak mengindahkan. Kemudian, Suhro pun nekat melaporkan kejadian tersebut ke polsek. Tidak berselang lama, polisi bersenjata datang dan mengamankan para pekerja serta alat beratnya.